Sabtu, 19 Desember 2015

TRADISI NYADRAN










Description: hitam putih unnes.jpgMAKALAH
TRADHISI NYADRAN ING DUSUN KLIMAS, SENDANG, KARANGGEDE, BOYOLALI

Disusun oleh :
Nama                         : Nikmatul Munawaroh
NIM                           : (2601414082)
Rombel                      : 3 (Tiga)
Dosen Pengampu       : Didik Supriadi, S.Pd,

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Budaya Jawa


Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
2015
PENDAHULUAN

Untuk mengetahui bagaimana tradisi nyadran di dusun Klimas, sebelumnya lebih baik jika di sini dibahas terlebih dahulu apa itu Nyadran dan bagaimana kondisi di dusun Klimas, kecamatan Karanggede, kabupaten Boyolali. Karena sebuah tradisi itu sangat berkaitan dengan budaya yang dianut oleh masyarakatnya. Nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa yang masih berkembang sampai sekarang. Nyadran sendiri di masing-masing daerah memiliki arti sendiri dan bentuk serta waktu pelaksanaannya pun berbeda-beda. Secara umum, wujud tradisi nyadran adalah dengan membawa berbagai makanan ke makam dan kemudian di makam tersebut dilaksanakan do’a bersama oleh masyarakat. Waktu pelaksanaannya sendiri adalah pada bulan Ruwah (Sya’ban), yakni sebelum bulan Puasa. Tujuan dari nyadran adalah mendoakan leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal.
Dusun Klimas terletak di Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Di dusun ini masyarakatnya masih memepertahankan tradisi-tradisi nenek moyang suku Jawa seperti nyadran, mitoni, merti desa, mitung ndina, matang puluh dina, nyatus, nyewu serta ndhaweti sapi. Meski demikian, masyarakat dusun ini sudah lebih cenderung untuk mengikuti perkembangan arus modernisasi. Sehingga mereka masih melakukan tradisi-tradisi tersebut namun dibuat dengan lebih simple/sederhana.


PELAKSANAAN

            Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa tradisi nyadran yang dimiliki oleh daerah tertentu tidak selalu memiliki wujud tradisi yang sama dengan daerah lainnya. Tradisi Nyadran yang berlangsung di Dukuh Klimas, Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ini biasanya berlangsung pada tanggal 20-an ke atas pada bulan Sya’ban (Ruwah). Berikut adalah tata cara pelaksanaan tradisi nyadran di Dukuh Klimas, Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
A.    WAKTU
Tradisi nyadran di dukuh Klimas biasa dilakukan pada tanggal 20-30 bulan Sya’ban (Ruwah). Dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 s.d 11.00. Untuk pemilihan harinya bebas.
B.     TEMPAT
Tradisi nyadran di dukuh Klimas biasa dilakukan di makam. Lebih tepatnya digelar di tempat parkir, sehingga apabila tradisi nyadran dilaksanakan, parkir dialihkan ke tempat lain.
C.     KEPANITIAAN
Panitia dari tradisi nyadran di dukuh Klimas adalah para tokoh agama, seperti modin dan para ulama yang ada di dukuh Klimas dan para pamong desa seperti kadus. Tugas dari kadus lebih kepada penginformasian, pengorganisiran serta administrasi tradisi nyadran mulai dari pra acara hingga pasca acara. Sedangkan tugas dari tokoh agama lebih banyak pada hari H tradisi nyadran berlangsung. Salah satu contoh tugas dari tokoh agama ini adalah memimpin jalannya tradisi nyadran.


TATA CARA

Rangkaian tradisi nyadran dimulai dari H-1 tradisi nyadran dilaksanakan. Pada H-1 terselenggaranya tradisi nyadran masyarakat dukuh Klimas melakukan gotong royong membersihkan makam. Gotong royong ini biasanya dikerjakan oleh kaum bapak-bapak. Dilanjutkan pada hari selanjutnya, tepatnya di pagi hari kaum ibu-ibu sudah sibuk memasak berbagai makanan yang dibutuhkan untuk tradisi nyadran. Untuk makanannya berupa nasi tumpeng 1 buah, nasi golong 3-5 buah, ingkung 1 ekor, pisang 1 lirang, kue apem 3-5 buah, kue cucur 3-5 buah, nasi ketan 1 enthong, krupuk 1 plastik ukuran sedang, mihun 2 enthong, sayur kentang 1 mangkok, rempeyek kacang dan rempeyek ikan asin 1 plastik ukuran sedang serta tempe goreng 3-5 buah.
Sementara kaum ibu-ibu menyiapkan keperluan nyadran, kaum bapak-bapak sekitar jam 07.00 berangkat menuju makam untuk nyekar, yakni tradisi memanjatkan do’a untuk leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal di samping pusara leluhur maupun sanak saudara yang telah meninggal tersebut. Tradisi ini biasanya berupa pembacaan tahlil dan surat yasin. Tradisi nyekar ini tradisi yang biasa dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dukuh Klimas sebelum tradisi nyadran berlangsung. Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang turut serta dalam tradisi nyekar tersebut, tetapi juga warga yang merantau ke luar daerah pun pulang untuk bisa melakukan tradisi nyekar.
Setelah selesai nyekar, kaum bapak-bapak kembali ke rumah untuk mengambil makanan keperluan nyadran. Makanan tersebut diletakkan ke dalam baskom berukuran cukup besar. Untuk penataannya, nasi tumpeng diletakkan di tengah barulah pelengkapnya diletakkan di sekeliling nasi tumpeng tersebut. Sesampainya di makam, setelah semua masyarakat dirasa sudah berkumpul semua, acara nyadran bisa dimulai. Tradisi nyadran diawali dengan pembacaan do’a beruapa tahlil dan yasin yang dipimpin oleh tokoh agama dukuh Klimas. Setelah pembacaan do’a selesai, makanan yang dibawa oleh masing-masing warga dibuka untuk ditukar-tukarkan dengan makanan milik warga lainnya. Dalam tradisi nyadran ini, tidak hanya bapak-bapak saja yang turut serta namun anak-anak juga ikut andil, sehingga acara nyadran menjadi semakin meriah. Bahkan, jika tradisi nyadran dilangsungkan, anak-anak SD hanya sekolah sampai pukul jam 09.00 saja selepas itu mereka menuju ke makam untuk mengikuti tradisi nyadran. Pembagian serta tukar meukar makanan tersebut menjadi puncak tradisi nyadran.
Biasanya ada dua pilihan menu yang disajikan yakni nasi putih biasa (ambengan) atau ingin menyajikan nasi ketan. Tentunya pelengkap dari …………….


TATA KRAMA

1.      Anjuran
Dalam tradisi nyadran dianjurakan untuk menaati tradisi nyadran pada umumnya yakni berperilaku sopan serta mengikuti acara . Dianjurkan pula saat nyadran mengenakan pakaian koko, bawahan tidak harus sarung, memakai celana pun diperbolehkan. Lebih baik jika perempuan yang sudah baligh tidak mengikuti acara nyadran, namun boleh bagi anak perempuan yang belum baligh.
2.      Larangan
Dilarang membuat kegaduhan saat pembacaan do’a sedang berlangsung.
KESIMPULAN

Tradisi Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Klimas, Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali berupa mendoakan sanak saudara yang telah meninggal dengan sarana kenduri berupa makanan yang kemudian dibagi dan ditukar-tukarkan. Nyadran dilaksanakan pada pagi hari antara tanggal 20 s.d 30 bulan Sya’ban (Ruwah) bertempat di makam. Peserta dari nyadran ini adalah kaum bapak-bapak dan anak-anak. Acara nyadran dimulai dari pembacaan tahlil dan zikir oleh tokoh agama kemudian dilanjutkan dengan pembagian dan tukar menukar makanan. Tujuan dari nyadran sendiri selain untuk mendo’akan leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia yakni mempererat tali persaudaraan serta melestarikan tradisi leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar