
TRADHISI
NYADRAN ING DUSUN KLIMAS, SENDANG, KARANGGEDE, BOYOLALI
Disusun
oleh :
Nama : Nikmatul Munawaroh
NIM : (2601414082)
Rombel : 3 (Tiga)
Dosen
Pengampu : Didik Supriadi, S.Pd,
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Budaya Jawa
Jurusan
Bahasa dan Sastra Jawa
Fakultas
Bahasa dan Seni
Universitas
Negeri Semarang
2015
PENDAHULUAN
Untuk
mengetahui bagaimana tradisi nyadran di dusun Klimas, sebelumnya lebih baik
jika di sini dibahas terlebih dahulu apa itu Nyadran dan bagaimana kondisi di
dusun Klimas, kecamatan Karanggede, kabupaten Boyolali. Karena sebuah tradisi
itu sangat berkaitan dengan budaya yang dianut oleh masyarakatnya. Nyadran
merupakan tradisi masyarakat Jawa yang masih berkembang sampai sekarang. Nyadran
sendiri di masing-masing daerah memiliki arti sendiri dan bentuk serta waktu
pelaksanaannya pun berbeda-beda. Secara umum, wujud tradisi nyadran adalah
dengan membawa berbagai makanan ke makam dan kemudian di makam tersebut
dilaksanakan do’a bersama oleh masyarakat. Waktu pelaksanaannya sendiri adalah
pada bulan Ruwah (Sya’ban), yakni sebelum bulan Puasa. Tujuan dari nyadran
adalah mendoakan leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal.
Dusun
Klimas terletak di Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Sebagian
besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Di dusun ini masyarakatnya masih
memepertahankan tradisi-tradisi nenek moyang suku Jawa seperti nyadran, mitoni,
merti desa, mitung ndina, matang puluh dina, nyatus, nyewu serta ndhaweti sapi.
Meski demikian, masyarakat dusun ini sudah lebih cenderung untuk mengikuti
perkembangan arus modernisasi. Sehingga mereka masih melakukan tradisi-tradisi
tersebut namun dibuat dengan lebih simple/sederhana.
PELAKSANAAN
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa
tradisi nyadran yang dimiliki oleh daerah tertentu tidak selalu memiliki wujud
tradisi yang sama dengan daerah lainnya. Tradisi Nyadran yang berlangsung di
Dukuh Klimas, Desa Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali ini
biasanya berlangsung pada tanggal 20-an ke atas pada bulan Sya’ban (Ruwah).
Berikut adalah tata cara pelaksanaan tradisi nyadran di Dukuh Klimas, Desa
Sendang, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
A.
WAKTU
Tradisi
nyadran di dukuh Klimas biasa dilakukan pada tanggal 20-30 bulan Sya’ban
(Ruwah). Dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 s.d 11.00. Untuk
pemilihan harinya bebas.
B.
TEMPAT
Tradisi
nyadran di dukuh Klimas biasa dilakukan di makam. Lebih tepatnya digelar di
tempat parkir, sehingga apabila tradisi nyadran dilaksanakan, parkir dialihkan
ke tempat lain.
C.
KEPANITIAAN
Panitia
dari tradisi nyadran di dukuh Klimas adalah para tokoh agama, seperti modin dan
para ulama yang ada di dukuh Klimas dan para pamong desa seperti kadus. Tugas
dari kadus lebih kepada penginformasian, pengorganisiran serta administrasi
tradisi nyadran mulai dari pra acara hingga pasca acara. Sedangkan tugas dari
tokoh agama lebih banyak pada hari H tradisi nyadran berlangsung. Salah satu
contoh tugas dari tokoh agama ini adalah memimpin jalannya tradisi nyadran.
TATA
CARA
Rangkaian
tradisi nyadran dimulai dari H-1 tradisi nyadran dilaksanakan. Pada H-1
terselenggaranya tradisi nyadran masyarakat dukuh Klimas melakukan gotong
royong membersihkan makam. Gotong royong ini biasanya dikerjakan oleh kaum
bapak-bapak. Dilanjutkan pada hari selanjutnya, tepatnya di pagi hari kaum
ibu-ibu sudah sibuk memasak berbagai makanan yang dibutuhkan untuk tradisi
nyadran. Untuk makanannya berupa nasi tumpeng 1 buah, nasi golong 3-5 buah,
ingkung 1 ekor, pisang 1 lirang, kue apem 3-5 buah, kue cucur 3-5 buah, nasi
ketan 1 enthong, krupuk 1 plastik ukuran sedang, mihun 2 enthong, sayur kentang
1 mangkok, rempeyek kacang dan rempeyek ikan asin 1 plastik ukuran sedang serta
tempe goreng 3-5 buah.
Sementara
kaum ibu-ibu menyiapkan keperluan nyadran, kaum bapak-bapak sekitar jam 07.00
berangkat menuju makam untuk nyekar,
yakni tradisi memanjatkan do’a untuk leluhur dan sanak saudara yang telah
meninggal di samping pusara leluhur maupun sanak saudara yang telah meninggal
tersebut. Tradisi ini biasanya berupa pembacaan tahlil dan surat yasin. Tradisi
nyekar ini tradisi yang biasa dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dukuh
Klimas sebelum tradisi nyadran berlangsung. Tidak hanya masyarakat sekitar saja
yang turut serta dalam tradisi nyekar tersebut, tetapi juga warga yang merantau
ke luar daerah pun pulang untuk bisa melakukan tradisi nyekar.
Setelah
selesai nyekar, kaum bapak-bapak
kembali ke rumah untuk mengambil makanan keperluan nyadran. Makanan tersebut
diletakkan ke dalam baskom berukuran cukup besar. Untuk penataannya, nasi
tumpeng diletakkan di tengah barulah pelengkapnya diletakkan di sekeliling nasi
tumpeng tersebut. Sesampainya di makam, setelah semua masyarakat dirasa sudah
berkumpul semua, acara nyadran bisa dimulai. Tradisi nyadran diawali dengan
pembacaan do’a beruapa tahlil dan yasin yang dipimpin oleh tokoh agama dukuh
Klimas. Setelah pembacaan do’a selesai, makanan yang dibawa oleh masing-masing
warga dibuka untuk ditukar-tukarkan dengan makanan milik warga lainnya. Dalam
tradisi nyadran ini, tidak hanya bapak-bapak saja yang turut serta namun
anak-anak juga ikut andil, sehingga acara nyadran menjadi semakin meriah.
Bahkan, jika tradisi nyadran dilangsungkan, anak-anak SD hanya sekolah sampai
pukul jam 09.00 saja selepas itu mereka menuju ke makam untuk mengikuti tradisi
nyadran. Pembagian serta tukar meukar makanan tersebut menjadi puncak tradisi
nyadran.
Biasanya
ada dua pilihan menu yang disajikan yakni nasi putih biasa (ambengan) atau
ingin menyajikan nasi ketan. Tentunya pelengkap dari …………….
TATA
KRAMA
1.
Anjuran
Dalam
tradisi nyadran dianjurakan untuk menaati tradisi nyadran pada umumnya yakni berperilaku
sopan serta mengikuti acara . Dianjurkan pula saat nyadran mengenakan pakaian
koko, bawahan tidak harus sarung, memakai celana pun diperbolehkan. Lebih baik
jika perempuan yang sudah baligh tidak mengikuti acara nyadran, namun boleh
bagi anak perempuan yang belum baligh.
2.
Larangan
Dilarang membuat kegaduhan saat pembacaan do’a
sedang berlangsung.
KESIMPULAN
Tradisi
Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Klimas, Desa Sendang, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali berupa mendoakan sanak saudara yang telah
meninggal dengan sarana kenduri berupa makanan yang kemudian dibagi dan
ditukar-tukarkan. Nyadran dilaksanakan pada pagi hari antara tanggal 20 s.d 30
bulan Sya’ban (Ruwah) bertempat di makam. Peserta dari nyadran ini adalah kaum
bapak-bapak dan anak-anak. Acara nyadran dimulai dari pembacaan tahlil dan zikir
oleh tokoh agama kemudian dilanjutkan dengan pembagian dan tukar menukar
makanan. Tujuan dari nyadran sendiri selain untuk mendo’akan leluhur dan sanak
saudara yang telah meninggal dunia yakni mempererat tali persaudaraan serta
melestarikan tradisi leluhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar